Selasa, 08 Februari 2011

Kampung Nelayan Kenjeran

Kota Surabaya yang termasuk salah satu kota metropolitan di Indonesia masih menunjukkan keaslian profesi penduduk sekitarnya. Di kawasan pantai Kenjeran masih terdapat puluhan atau bahkan ratusan nelayan yang bekerja setiap harinya mencari ikan dengan perahu tradisional. Kapal-kapal  yang mereka gunakan memanglah jauh dari kesan metropolitan dan nampaknya itulah potret kehidupan di negara kita ini.

Munif (45) salah satu nelayan di Kenjeran Surabaya kepada suarakawan mengaku 5 tahun lebih dirinya sebagai nelayan. Penghasilannya setiap hari, hanya cukup untuk makan hingga esok hari bersama istri dan anaknya. Karena itu, di hari Minggu ataupun hari libur nasional, ia bersama rekan seprofesinya saling berlomba mendapatkan penumpang, untuk mengantar mereka mengelilingi Kawasan Jembatan Suramadu. "Kalau hari biasa jadi nelayan, sementara hari minggu perahu di sewakan. Tapi jika kedua-duanya tidak ada, yang saya nganggur pak", ujar Munif Senin (7/2)

Kehidupan nelayan di Indonesia, boleh dikatakan sampai hari ini masih tetap berada dalam situasi dan kondisi yang sangat memprihatinkan. Kalau pun ada dari antara mereka yang bisa hidup mapan dan berkecukupan jumlahnya tidak seberapa jika dibandingkan dengan nelayan yang masih hidup di bawah garis kemiskinan.

Nelayan yang hidup di bawah garis kemiskinan tersebut masih banyak yang tinggal di rumah sangat sederhana bahkan jauh dari layak. Mayoritas dari mereka masih tinggal di rumah-rumah dengan material dari kayu atau papan, beratap nipah dan sebagian kecil seng serta berlantai papan. Kondisi rumah mereka yang tertancap di tepi laut kelihatan sudah reot dan hampir tumbang ditelan waktu yang terus berputar.

Harapan para nelayan di daerah Kenjeran adalah agar pemerintah segera membangun rumah mereka (atau bantuan berupa modal) untuk pembangunan tempat tinggal mereka.(ara)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar